Entrepreneurship

Dunia Wira Usaha Indonesia

Sunday, August 17, 2008

Inspirasi dari Pengusaha … Lihan


PUTRI MALU. Restaurant Swis-Bell Hotel Banjarmasin. Malam itu, menjelang Temu Alumi ESQ Kalsel, Ary Ginanjar Agustian, suhu ESQ disambut hangat gembira. Acara makan malam dalam bentuk silaturahmi merupakan hal biasa. Sebagai orang yang ikut mendayung ESQ Kalsel sejak awal, baik petinggi ESQ Jakarta, para pelopor ESQ Kalsel, atau para pejabat Kalsel, bukan hal aneh. Tapi, ada yang baru, wajah baru. Siapa garang?

“Pak, Ersis, ini Pak Lihan”, kata Darmawan Jaya Setiawan, kini korwil ESQ Kalsel, memperkenalkan Lihan. Kami bersalaman dan bertegur sapa. Jaya, sudah beberapa hari bercerita tokoh yang satu ini. Penampilannya bukan bak seorang pegusaha besar. Berbaju sasirangan berdasar hijau dengan kombinasi motif khas Banjar. Belakangan saya tahu itulah baju terbaiknya.

Ya, perkenalan dengan Lihan sekadarnya saja. Paling-paling, dalam diskusi membicarakannya dari aneka sudut. Menarik. Tapi, tidak sempat berbincang lebih jauh. Tahu-tahu, Radar Banjar Peduli, organisasi sosial yang kami bangun dan ‘bergayut’ pada Radar Banjarmasin dalam jejaring Dompet Dhuafa Republika, dihadiah sepeda motor. Lalu, mobil operasional, Avanza.

Pokoknya, kiprah Lihan sebagai pengusaha sukses semakin sohor. Dan, sangat dermawan. Serius saya amati dari sisi mindset. Lihan sebagai pengusaha ‘aneh’. Puncaknya, ketika dia membeli intan Puteri Malu seharga Rp4 milyar. Padahal, juragan intan di Kalsel hanya menawar Rp.100 juta. Sejak itu Lihan sering tampil di media cetak dan media elektronik. Apalagi ketika mendanai pembuatan film Wali Songo.

Setelah beberapa kali diundang, karena memang tidak sempat hadir, Jaya berbaik hati membawa ke rumah Lihan. Sungguh kejutan. Rumahnya biasa-biasa saja. Istilah saya, kaya wadah kita-kita jua (bahasa Banjar).

Seperti biasa, tidak tahu pejabat atau orang kaya, saya bicara suka-suka saja. Dua jamaman kami ger-geran. Apalagi Lihan bercerita hal-hal lucu. Misal, ketika ikut acara pameran akbar di JCC, bersama Jaya, yang diberi brosur Jaya. Lihan? Mengambil sendiri. Belum lagi ketika petugas sampai memimjam ID cardnya, untuk meyakinkan; Apakah benar ‘makhluk’ sederhana ini Lihan?

Pengalaman nyata yang sedikit konyol sungguh luar biasa. Betapa tidak. Lihat bercanda, kalau ketika membeli helikopter membawa Jaya, bisa-bisa dikira pembelinya Jaya. Tidak terhitung tamu, tepatnya yang mengantar proposal (bantuan) bertanya pada Lihan: Pak Lihannya ada, Pak?

Yap, di Parahyangan Restaurant, sejak puluk 12.00 sampai 14.00, 21 April 2008, kami mengulang lagi ketawa-ketawa bermakna. Kali ini ada seriusnya. Lihan akan tampil pada Bandjarbaroe Post edisi Mei 2008. Lebih serius lagi, kami merancang pembuatan buku ‘Kiat Bisnis Anak Pesantren Berbasis Ridho Allah’.

Seperti biasa, saya menghujani dengan pertanyaan yang rada-rada tajam, dan mungkin kejam. Mulai dari masa kecilnya, yang luar biasa memprihatinkan, perjuangan hidup yang menjadikan tangguh, bagaimana dia menghidupi diri, memasak makanan santri, belajar bahasa Arab dan Inggris, lalu berkelana membuka usaha, dari Banjarmasin, Jakarta, Surabaya, sampai ke Cina.

Simpulannya, kiatnya sungguh unik, dan … kog ya mirip-mirip ‘gaya’ Rasulullah. Kalau perjalanan usaha bos sekitar 10 unit usaha ini, dari pisang goreng sampai penyewaan helikopter, dari percetakan sampai importir mesin cetak, dari warnet cafe sampai TV Kabel, duh … sungguh entrepenuere sejati. Waktu nanti yang akan membaptis.

Hidup sekadarnya saja, katanya. Jangan biarkan waktu tersedot mencari dan menjaga harta, biarlah harta yang menjaga kita. Tidak usah mencurigai orang, kepercayaan jauh lebih bermakna. Dan, semua itu dilandaskan ridho Allah.

Nampaknya, saya perlu mencerna ‘konsep’ hidup dan bisnisnya, mengkomperasikan dengan kenyataan yang dia perbuat, baru berkesimpulan. Inspirasi lainnya, semakin tergugah untuk menulis.

Bagaimana menurut Sampeyan?
Oleh Ersis Warmansyah Abbas

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home