Entrepreneurship

Dunia Wira Usaha Indonesia

Saturday, August 9, 2008

Susi Pudjiastuti: Sukses Berbisnis Lewat Jalur Alami

Seseorang dari Papua datang kepadanya dan berkata, "Hanya ibu yang bisa mengentaskan kemiskinan nelayan di tempat kami." Pada saat yang lain, seorang perempuan dari Malang mengeluh kepadanya tentang bisnis yang gagal dan meminta tips untuk sukses. Apa jawabnya? "Jual saja rumah ibu, uangnya buat modal." Lalu ia berkisah, "Sebelum punya rumah sendiri, saya ngontrak selama 16 tahun."
Itulah Susi Pudjiastuti, eksportir hasil laut yang juga Presiden Direktur PT ASI Pudjiatuti Aviation atau dikenal dengan Susi Air, yang melayani penyewaan pesawat penumpang dan cargo. Bermacam orang datang kepadanya dari berbagai penjuru nusantara. Ketika Niriah.com berkunjung ke pabrik pengolahan hasil laut yang sekaligus juga areal tempat tinggalnya di Pangandaran, ia sedang menerima tamu, seorang lelaki muda dari Yogyakarta yang menawarkan belut untuk diekspor ke Jepang.
"Saya tidak janji ya, tapi saya akan berusaha cari pasarnya dulu," responnya dengan simpatik.
"Beginilah, banyak orang datang ke saya karena pemberitaan di media massa," katanya kepada Niriah.com. Pedagang belut dari Yogyakarta itu sendiri mengaku mengetahui nama Susi dari acara Kick Andy di Metro TV, 30 Maret 2008.
Hari itu, Susi kebetulan memang sedang berada di Pangandaran. Biasanya, sehari-hari ia lebih banyak berada di rumahnya yang ada di Ciputat, Jakarta yang sekaligus merupakan kantor manajemen Susi Air. Sudah tiga hari ia mengumpulkan para karyawannya yang didatangkan dari Jakarta, dan seorang kepala HRD yang berkedudukan di kantor Susi Air Medan di rumah dekat pantai itu, yang dibangun di atas kolam buatan. Rumah itu berpendopo luas, dikeliling air yang sesekali berkecipak oleh ikan-ikan, menjadi pemandangan para karyawan yang sedang menyelesaikan laporan masing-masing.
Susi duduk di sofa, tak henti merokok dan sesekali menyesap kopi pahitnya.. Sambil menerima dan ngobrol dengan tamunya, teleponnya terus berdering dan para karyawan datang dan pergi, meminta tanda tangan dan lain-lain. Sesekali suaminya, Christian von Strombeck, seorang insinyur aerospace berkebangsaan Jerman duduk di sebelahnya sebentar lalu menghilang lagi. Dalam suasana seperti itu, ia masih sempat mengingatkan sekretarisnya yang sakit untuk minum vitamin dan segera pulang. Dia sendiri juga tampak tidak begitu fit. Salah seorang pilot asing yang sudah senior menghampirinya, menyodorkan telepon genggam. Lalu, ia bicara dalam Bahasa Inggris. Rupanya, pilot yang baru saja direkrutnya sudah tiba di Jakarta, tapi tidak menemukan orang yang menjemputnya di bandara. Untuk beberapa saat Susi disibukkan dengan "insiden" itu. Setelah beres, ia kembali menerima telepon, kali ini bicara dalam bahasa Sunda yang kental. Cukup lama dan agak tegang.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home