Entrepreneurship

Dunia Wira Usaha Indonesia

Sunday, August 17, 2008

Bintang dari Star Group


Ketika Indonesia sedang dilanda krisis, dia mampu mampu membangun sebuah kelompok usaha yang menaungi delapan perusahaan dari kondisi awal yang ia sebut "tidak ada apa-apanya" menjadi memiliki asset sekitar US$ 400 juta. Luar biasa. Demikian ungkapan yang pas untuk mengomentari sepak terjang bisnis bintang Star Group ini.



Bagaimana tidak, hanya dalam waktu sekitar tiga tahun, pria kelahiran Medan pada Oktober 1959 itu mampu membangun sebuah kelompok usaha bernama Star Group yang menaungi delapan perusahaan. Hebatnya, kelompok usaha ini dibangun ketika Indonesia sedang ditimpa krisis pada 1997 lalu. Membangun sebuah kelompok usaha dari kondisi awal yang ia sebut "tidak ada apa-apanya" itu, kini Star Group memiliki asset sekitar US$ 400 juta. Siapa atau perusahaan mana di tengah iklim ekonomi yang kurang kondusif ini mampu melipatgandakan asset dan memperkukuh pijakan usaha?

Uniknya lagi, bisnis andalan yang digeluti Goerge bukanlah bisnis yang mengandalkan kepintaran mengotak-atik angka atau yang dikenal luas sebagai financial engineering. Bisnis George adalah riil yang mengandalkan ketekunan, jaringan yang luas dan servis yang prima kepada para pelanggan. Ya, pelayaran cargo adalah ladang usaha yang ditekuni ayah dua anak - Bryan dan Beverly ini. "Darah daging kami adalah usaha pelayaran. Keluarga dan saudara-saudara kami sebagian besar bergerak di bisnis itu," ungkapnya.

George memang bukan orang baru di bidang usaha ini. Sebelum memutuskan membangun perusahaan pelayaran sendiri, ia telah berkarir di Gesuri Lloyd lebih dari 15 tahun. Mulai dari karyawan trainee, terakhir pria yang rutin bermain golf seminggu sekali itu menduduki kursi direktur di perusahaan tersebut. George membina hubungan dan membuka jaringan secara luas dengan berbagai pihak. Mereka inilah yang kemudian membantu Goerge dalam mengembangkan Star Group hingga mencapai posisi sebagai perusahaan pelayaran yang cukup disegani.

Beberapa kalangan dekatnya menyebut kesuksesan George sebagai sebuah keajaiban. Sebuah fenomena langka di dalam dunia bisnis saat ini. Bagaimana ia menyikapi kesuksesan hadir dalam waktu relatif singkat itu? "Sebagaimana pesan orang tua, saya harus bersyukur kepada Tuhan atas semua yang saya capai saat ini," ujar pengagum Jack Welch, CEO GE itu. Bangunan bisnisnya memang sudah kukuh berdiri di atas fondasi visi yang jelas. Ia ingin mengembangkan Star Group sebagai perusahaan pelayaran yang tidak mesti menjadi nomor satu, tetapi memiliki standar pelayaran yang berkelas.

Peraih gelar BSc, bidang teknik mesin dari University of Ittawa, Kanada ini adalah sosok pengusaha muda yang tidak terlalu suka suasana formal. Di kantornya, ia tidak menempati ruangan khusus. Ia membaur dengan direksi lain dalam satu ruangan. "Dengan berada dalam satu ruangan, membuat komunikasi dengan rekan kerja lebih intensif," katanya. Suasana kerja yang mengadopsi model Jepang ini akan tetap dipertahankan di kantornya yang baru dan milik sendiri di Jalan Talan Betut, Jakarta Pusat. (Tokoh Indonesia, Repro Eksekutif)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home